Jakarta, Setiap Sudutnya Menjanjikan Pembelajaran

ImagePertama kali aku datang ke kota ini aku sangat bahagia. Bagaimana tidak, sejak kecil aku memang ingin sekali ke kota ini. Dan kesan pertama adalah keren. Aku bisa melihat gedung-gedung pencakar langit dan yang tidak kalah kerennya lagi optimisme warganya sangat membuatku terkesan. Dan sejak saat itu aku berjanji bahwa aku harus kembali lagi ke kota ini.

Sekarang aku tinggal di kota yang merupakan penyangga Jakarta. Dan otomatis aku jadi sering bolak-balik ke Jakarta. Ya walaupun hanya sekedar untuk menghadiri seminar, pameran atau sekedar berdiskusi dengan para anak mudanya. Aku banyak sekali mendapatkan pelajaran disini. Namun aku menjadi kurang suka dengan dengan kota ini. Semua orang pasti sudah tahu lah macet, banjir dan kehidupan malamnya. Banyak sih yang bilang kalau itu adalah konsekwensi dari sebuah ibu kota Negara yang pusat pemerintahannya menyatu dengan pusat bisnis. Kota ini memang pusat pemerintahan, pusat bisnis dan sekaligus juga pusat budaya. Selain itu 60% perputaran uang di Indonesia itu terjadi disini. Juga media, baik TV atau media massa nasional semuanya berada disini. Jadi permasalahan disini tentunya sangat kompleks dan beragam.

Ada yang menarik ketika menelusuri kota ini.  Saya sangat suka pemandangan di jalan MH Thamrin-Sudirman bagaimana disini gedung-gedung pencakar langit berdiri megah. Mulai dari perkantoran sampai pusat perbelanjaan. Ada yang berbeda di saat senja. Senja disini dihiasi oleh orang-orang yang memenuhi trotoar, mereka berjalan cepat menuju halte bis dan stasiun kereta. Berebut angkutan umum. Begitupun dijalan raya dipenuhi oleh mobil-mobil mewah yang saling berebut jalan untuk menjadi yang terdepan. Di sisi lain ternyata ada pemandangan yang berbeda pula. Beberapa kilometer dari jalan sudirman, berdiri bangunan-bangunan nonpermanent lengkap dengan lingkungan kumuhnya berdiri dipinggir kali. Pemandangan yang sangat kontras.

Itulah gambaran ibu kota Negara dulu aku memang sangat menyukainya. Namun sekarang aku menjadi tidak suka karena lalu lintasnya yang padat merayap, udaranya yang pekat, orang-orang yang sibuk sendiri, berebut jalan, berebut trotoar, berebut jembatan , berebut anggkutan, berebut kursi, berebut suami, berebut istri sampai berebut rezeki. Dan yang paling membuatku tidak suka adalah jurang antara si kaya dan si miskin. Si kaya bisa tidur dengan menyalakan ac, sementara si miskin hanya tidur beralaskan kardus.  Oke, memang mungkin hasil kerja keras si kaya bisa mendapatkan hal itu atau kerja keras nenek moyang mereka. Tapi aku gak suka bila semua hal menyatu di kota ini tidak secara harmonis. Semua disediakan disini. Kesempatan, ketidaksempatan, peluang, peluang yang ditutup, kesenangan, ketidaksenangan, pemandangan keren, pemandangan butek, hiburan , memiriskan dada, jasa cucian, orang besar cuci uang.

Tapi kau tahu kenapa aku tak pernah bisa membenci Jakarta? Karena di  setiap sudutnya menjanjikan berbagai hal yang dapat aku pelajari.

#PandanganBodohMahasiswaTahunPertama

Tinggalkan komentar