Kapitalisme dan Pendidikan

Membaca kutipan pidato Erica Goldson pada acara wisuda di Coxsackie-Athens High School, New York, tahun 2010. Cukup memutar balikkan pemikiran saya mengenai system pendidikan yang ada di Amerika. Selama ini saya memandang bahwa system pendidikan di Amerika merupakan  system pendidikan terbaik di dunia. Namun ternyata dari isi pidato tersebut saya menilai bahwa pendidikan di Amerika tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, yang selalu di cela dan  di cemooh oleh masyarakat yang katanya peduli terhadap pendidikan di Indonesia. Namun merubah kurikulum saja, malah menolak dan menyuruh untuk di tunda. Ya, pandangan setiap orangkan berbeda. Berikut  cuplikan pidato Erica Goldson yang saya kutip dari Blog:http://rinaldimunir.wordpress.com/2013/04/07/pidato-wisudawan-terbaik-memukau-tetapi-sekaligus-menakutkan/

“Saya lulus. Seharusnya saya menganggapnya sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan, terutama karena saya adalah lulusan terbaik di kelas saya. Namun, setelah direnungkan, saya tidak bisa mengatakan kalau saya memang lebih pintar dibandingkan dengan teman-teman saya. Yang bisa saya katakan adalah kalau saya memang adalah yang terbaik dalam melakukan apa yang diperintahkan kepada saya dan juga dalam hal mengikuti sistem yang ada.

Di sini saya berdiri, dan seharusnya bangga bahwa saya telah selesai mengikuti periode indoktrinasi ini. Saya akan pergi musim dingin ini dan menuju tahap berikut yang diharapkan kepada saya, setelah mendapatkan sebuah dokumen kertas yang mensertifikasikan bahwa saya telah sanggup bekerja.

Tetapi saya adalah seorang manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup – bukan pekerja. Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan, seorang budak di dalam sistem yang mengurung dirinya. Sekarang, saya telah berhasil menunjukkan kalau saya adalah budak terpintar. Saya melakukan apa yang disuruh kepadaku secara ekstrim baik. Di saat orang lain duduk melamun di kelas dan kemudian menjadi seniman yang hebat, saya duduk di dalam kelas rajin membuat catatan dan menjadi pengikut ujian yang terhebat.

Saat anak-anak lain masuk ke kelas lupa mengerjakan PR mereka karena asyik membaca hobi-hobi mereka, saya sendiri tidak pernah lalai mengerjakan PR saya. Saat yang lain menciptakan musik dan lirik, saya justru mengambil ekstra SKS, walaupun saya tidak membutuhkan itu. Jadi, saya penasaran, apakah benar saya ingin menjadi lulusan terbaik? Tentu, saya pantas menerimanya, saya telah bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi apa yang akan saya terima nantinya? Saat saya meninggalkan institusi pendidikan, akankah saya menjadi sukses atau saya akan tersesat dalam kehidupan saya?

Saya tidak tahu apa yang saya inginkan dalam hidup ini. Saya tidak memiliki hobi, karena semua mata pelajaran hanyalah sebuah pekerjaan untuk belajar, dan saya lulus dengan nilai terbaik di setiap subjek hanya demi untuk lulus, bukan untuk belajar. Dan jujur saja, sekarang saya mulai ketakutan…….”

 

Kembali lagi ke pendidikan  Amerika. Di Amerika, pendidikan memang sangat maju. Namun tetap saja dalam praktiknya masih ada indoktrinasi, sepertinya halnya di Indonesia. Ya, pelajar di perlakukan seperti buruh yang harus mengerjakan pekerjaan rutin. Dengan mengikuti system yang ada, pelajar tidak bisa mengembangkan bakatnya di sekolah atau kampus. Mereka hanya di doktrin oleh guru dan dosen yang ujung-ujungnya hanya nilai, nilai dan nilai. Padahal setiap pelajar adalah seorang pemikir, pencari pengalaman hidup – bukan pekerja. Ya, itulah akibat dari kapitalisme yang merasuki dunia pendidikan.

Kita memang tidak bisa hanya menyalahkan system. Namun saya kurang suka dengan system kapitalisme ini yang merasuk sampai ke sendi-sendi kehidupan. Tapi, apa mau dikata kapitalisme memang sedang merai, dan hingga saatnya nanti kapitalisme akan tumbang dengan sendirinya. Sekarang saja sudah terlihat, bahwa system ini sangat menyengsarakan umat manusia. Pandangan bodoh saya mengatakan, tidak lama lagi system kapitalisme akan punah seperti  dinosaurus, karena system ini tidak bisa menjawab tantangan zaman.

#PandanganBodohMahasiswaTahunPertama

Tinggalkan komentar